Apa itu Tuberculosis Paru? Berapa banyak dari kalian mendengar istilah Tuberculosis Paru? Jika itu masih terdengar asing bagian kalian, yuk kita sama-sama belajar dan mengenal tuberculosis paru
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. TBC utamanya menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening,dan lainnya ketika bakteri TBC keluar dari paru-paru melalui aliran darah. Kondisi ini disebut TBC Ekstra Paru.
TBC bukan penyakit keturunan dan bukan disebabkan oleh kutukan atau guna-guna. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik yang berusia tua maupun muda, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, dengan status ekonomi menengah kebawah ataupun menengah keatas, sehingga TB Paru dapat menyerang siapapun.
Lalu bagaimana TBC atau TB Paru dapat menular?
Bakteri TBC dapat menular melalui udara ketika partikel dahak orang dengan TB Paru keluar saat batuk, bersin dan berbicara. Percikan-pericakan dahak tersebut yang mengandung bakteri dan dapat melayang-layang di udara sehingga terhirup oleh orang lain dan menyebabkan infeksi. kuman TB Paru juga dapat bertahan di ruangan yang lembab dan kurang sinar matahari.
Penderita TB Paru dengan BTA Positif, dapat menularkan kepada 10-15 orang per tahun di sekitarnya. Namun, jika orang yang terinfeksi mempunyai daya tahan tubuh yang baik, ia tidak akan langsung menderita sakit TBC. Sebanyak 5-10% orang yang tertular dapat menjadi sakit TBC dengan daya tahan tubuh yang lemah.
BTA Positif artinya dari hasil pemeriksaan miskrokopis ditemukan bakteri tahan asam pada sampel dahak orang yang diduga TBC. Semakin banyak jumlah BTA yang ditemukan (+1/+2/+3), semakin besar kemungkinan untuk indvidu tersebut menularkan bakteri TBC kepada orang lain.
Lalu, siapa sajakah yang beresiko tertular penyakit TB Paru atau TBC?
Orang yang beresiko tertular penyakit TB Paru atau TBC yaitu mereka yang kontak erat dengan penderita TB Paru, para perokok, mereka yang tinggal di lingkungan yang padat dan lembab, penderita HIV dan AIDS, peminum alkohol, bahkan anak-anak dan para usia lanjut mempunyai resiko tertular TB Paru.
Apa saja tanda dan gejala TB Paru atau TBC?
Gejala utama adalah batuk berdahak terus-menerus selama 2-3 minggu atau lebih yang dapat disertai gejala-gejala lainnya seperti:
Sesak napas dan nyeri pada dada
Batuk bercampur darah
Badan lemah dan rasa kurang enak badan
Kurang nafsu makan dan berat badan menurun
Berkeringat pada malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan
Lalu, apakah penyakit TB Paru atau TBC bisa disembuhkan? Tentu saja bisa!
Dengan meminum obat anti tuberculosis hingga dinyatakan sembuh, yang biasanya memakan waktu enam bulan.
Namun dalam setiap pengobatan atau minum obat memiliki efek samping. Efek samping yang biasa dialami pasien terbagi menjadi 2, yaitu efek samping ringan dan efek saming berat. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena reaksi obat pada setiap pasien mempunyai efek atau dampak yang berbeda-beda ketika meminum obat. Adapun efek samping ringan sampai sedang biasanya pasien mengeluh pusing atau sakit kepala, diare, nyeri otot dan tulang, kesemutan dan mual sampai dengan muntah. Namun pada efek samping berat biasanya terjadi sesak nafas, nyeri dada, jantung berdebar, lemah dan lesu berkepanjangan, sampai dengan menurunnya fungsi pendengaran.
Meskipun ada efek samping dalam pengobatan, namun kita harus tetap konsumsi obat sampai selesai dan dinyatakan sembuh oleh dokter spesialis Paru, sehingga hal ini perlunya kontrol rutin pasien kepada dokter spesialis yang menangani pasien sehingga perkembangan pasien terpantau dan mencapai kesempuhan secara optimal.
Namun hal yang lebih penting, bagaimana cara mencegah penularan TB Paru?
Tuberculosis paru atau TB Paru dapat dilakukan pencegahan dengan menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, membuka jendela rumah agar mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar, menjemur alas tidur agar tidak lembab, melakukan imunisasi BCG pada anak usia dibawah 5 tahun untuk menghindari penyakit TB Paru yang berat, olahraga secara teratur dan tidak merokok serta tidak mengkonsumsi alkohol.
Lalu, jika salah satu anggota keluarga kita ada yang terkena TB Paru atau TBC dan setelah pulang perawatan dari Rumah Sakit, apa yang harus dilakukan?
Anggota keluarga yang sudah terdiagnosa TB Paru ataupun setelah pulang perawatan dari Rumah Sakit hal yang perlu diperhatikan yaitu melanjutkan pengobatan dengan meminum obat-obatan yang diresepkan dokter seperti isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan ethambutol ataupun obat racikan seperti 4FDC yang di minum secara tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara minum obat TB Paru sesuai dengan anjuran dokter spesialis Paru. Minum obat tersebut dalam jangka waktu minimal 6 bulan tanpa putus sesuai anjuran dokter. Lalu pastikan udara segar dan matahari masuk kedalam ruangan yang kalian tempati, menutup mulut menggunakan sapu tangan, tisu, masker maupun lengan disaat hendak batuk dan bersin, makan cukup asupan bergizi, tidak meludah sembarangan, memisahkan alat makan dan minum dengan anggota keluarga lainnya, rutin berolahraga, rajin kontrol ke dokter untuk mengetahui perkembangan kondisi dan terapi obat, serta menyiapkan alat kesehatan di rumah seperti oksigen jika diperlukan.
Adapun hal lain yang perlu diketahui oleh pasien dengan TB Paru dan keluarga yang tinggal satu rumah dapat menerapkan etika batuk yang benar dengan menggunakan masker, menutup mulut dan hidung Ketika batuk, menutup mulut dan hidung dengan tisu lalu membuang tisu ke tempat sampah, dan segera mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
Adanya motivasi dan dukungan dari keluarga kepada pasien TB Paru sangat diperlukan selama pengobatan dengan memantau pelaksanaan minum obat serta penerapan prilaku hidup bersih dan sehat dirumah guna mempercepat kesembuhan pasien tanpa menularkan kepada anggota keluarga yang lain.
Jadi, ayo bersama-sama kita jaga kebersihan dan kesehatan demi diri kita sendiri, keluarga, dan orang lain guna menjadi Indonesia Bebas TB Paru!